Apa yang bisa dilakukan oleh seorang Pustakawan? Hmmm... betul, pertanyaan tersebut sangat-sangat menggelitik... Bagi banyak orang tak cuma orang-orang atau masyarakat yang awam dengan dunia perpustakaan dan kepustakawanan, bahkan oleh pustakawan sendiri ternyata ada juga yang masih bertanya-tanya demikian itu...
Kok iso? Benar, ternyata ada saja pustakawan yang masih bingung dan belum sepenuhnya tahu apa dan bagaimana saja yang bisa dilakukan oleh seorang pustakawan itu. Kebanyakan di antara mereka, masih terjebak kepada rutinitas dan hal-hal teknis di perpustakaan seperti
nglabeli buku, bikin barcode, input data, dsb. Itu semua bukan hal yang salah.... Akan tetapi, sebenarnya seorang pustakawan bisa melakukan hal-hal lain yang jauh lebih luar biasa dari itu semua.
Kemarin itu FB saya di-add oleh sebuah akun yang bernama
Upt Perpustakaan Itk, kemudian akun tersebut
nginboks saya untuk mengajak
sharing-sharing seputar perpustakaan dan kepustakawanan. Hmmmm... cukup banyak yang kami bincangkan, satu yang paling menarik adalah.. beliau bertanya kepada saya...
"Saya mau nanya ini mas... apakah petugas perpustakaan itu kerjanya monoton mas teguh he.. sharing saja mas."
Nah... menarik to?
Kok iso? Lha iya... jika yang bertanya demikian ini adalah masyarakat awam,
its oke lah.... Tapi ketika yang menanyakan hal ini adalah seorang pustakawan juga, akan menjadi menarik. Saya sempat berpikir, jangan-jangan ini juga dialami oleh para pustakawan dan para pengelola perpustakaan yang lain?
Hmmmm... Seandainya yang ditanya demikian itu adalah Kang Mas dan Mbak Yu sekalian... bagaimana jawaban Kang Mas dan Mbak Yu sekalian...?
Atas pertanyaan tersebut itu, ahirnya saya pun memberikan jawaban... Ya sebisa saya, sesuai dengan kadar ilmu saya yang masih
cetek ini. Hehehehe....
Jawabannya "tidak" Pak.
😁
Di perpustakaan, qt bisa melakukan banyak hal lhooooo
Kalau yg kami lakukan di perpustakaan kami.
Kami bisa melakukan banyak hal pak.
Mulai dari pengadaan koleksi, pengolahan, pelayanan, merancang program kerja, komunikasi dg pimpinan, kerja sama dg instansi lain mulai dr kerja sama dg perpustakaan sekolah lain, kerja sama dg perpusda, bahkan kami jg melakukan kerjasama dg perguruan tinggi seperti UIN Jogja dan Unv Proklamasi 45 Jogja.
Bahkan sy sendiri bisa aktif di organisasi profesi... Bahkan jg bisa ngisi pelatihan/seminar/bimtek kepustakawanan di berbagai tempat/instansi..
Niku sedikit contoh bahwa kerja pustakawan tidak monoton Pak. 😁
Maaf bkn bermaksud menggurui.
Tentu saja, jawaban saya tersebut tidak ada ilmiah-ilmiahnya yaa... Hehehe... Ya karena masih terbatasnya ilmu saya, jawaban-jawaban yang saya berikan niku berdasarkan apa yang saya alami dan saya lakukan. O iya, masih belum selesai lhooo diskusinya... Lanjuuut gaessss....
Kemudian beliau (yang kemudian saya ketahui bernama Pak Didik) ini membalas...
Oh gitu ya pak tidak apa apa mas...
saya malah terima kasih bisa sharing...
ini...
klo jadi pembicara mungkin... suata saat bisa saya panggil di sini hee
maaf mas kalau kalau kerjasama sama perpustakaan lainya itu seperti apa ya mas...
Kemudian saya balas lagi...
Insyaa Allah kalau ada kesepatan, kesehatan dan usia....
Kalau ttg kerja sama dg perpustakaan lain, banyak hal pak..
Kalau yg sdh kami lakukan...
Kami kerjasama dg perpustakaan lain seperti kerjasama silang layan koleksi, kerjasama bantuan buku, kerja sama pembinaan siswa siswi kami untuk kegiatan edukatif di perpus daerah, kerjasama perpustakan keliling, dll
Ini untuk konteks perpus sekolah yg kami kelola. Untuk perpus perguruan tinggi, akan beda lagi....
kalau dengan pimpinan, kita sebagai pustakawan bisa dan memang harus melakukan kerjasama dan komunikasi aktif dengan pimpinan.
hal ini terkait dengan program kerja perpustakaan dan yang paling penting adalah tentang anggaran.
karena bagaimanapun, kegiatan dan program kerja perpustakaan akan sulit dilaksanakan tanpa adanya dukungan dana dai instansi induk...
Naaaah begitulah tadi gambaran sekilas tentang diskusi singkat yang saya lakukan dengan beliau via FB. Tentu saja (dan memang sudah seharusnya) pustakawan (sekali lagi) bisa melakukan hal-hal yang lebih dari sekedar terjebak pada paradigma bahwa kerja pustakawan hanyalah pada bagian-bagian teknis semata seperti pelayanan, pengolahan, dll. Pustakawan bisa menjadi pilar pendidikan manakala dia bisa menjalankan peran dan fungsinya secara utuh.
Ada tiga aspek penting yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh seorang pustakawan, yaitu aspek internal, aspek horizontal dan aspek vertikal. Aspek internal, seorang pustakawan harus bisa bekerja secara profesional dengan beragam tugas dan kewajibannya sebagai seorang pustakawan, yang memiliki
jobdes masing-masing sesuai dengan jabatan dan kedudukannya di instansi tempat mereka bekerja. Selalu mengembangkan diri, pengalaman, dan keilmuan merupakan salah satu aspek internal terpenting yang jangan sampai ditinggalkan.
Kemudian aspek horizontal.. Seorang pustakawan harus bisa bersosialilasi dengan masyarakat, tidak hanya dalam lingkup tempat ia bekerja, namun juga dalam lingkup yang lebih luas. Lebih dari itu, pustakawan juga harus mampun melakukan transfer dan transformasi ilmu pengetahuan serta pengalamannya kepada masyarakat. Baik itu melalui tulisan (menulis buku, menulis jurnal, menulis di blog, menulis di surat kabar. dsb), secara lisan (dengan mengajar di pelatihan, seminar, dsb), maupun dengan tindakan (mendirikan perpustakaan / taman baca masyarakat misalnya).
Terahir, pustakawan harus memiliki hubungan baik dengan Sang Pencipta, dengan Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja, dalam setiap hal apapun kita harus memuarakan tujuannya kepada Tuhan. Bukan kepada yang lain. Profesi pustakawan bukan hanya dilihat dan dilaksanakan dari
frame materi duniawi semata. Tapi lebih dari itu, profesi pustakawan akan lebih mulia dan terangkat harkat dan mertabatnya ketika profesi ini dibingkai dalam
frame ke-Tuhan-an. Semua yang kita kerjakan sebagai seorang pustakawan haruslah didasarkan kepada bagaimana agar kita dapat meraih ridho dan cinta-Nya.
Sehingga ketika ketiga aspek ini dimiliki oleh seorang pustakawan, maka ia akan menjadi seorang pustakawan yang tiada taranya. Memiliki kecerdasan intelektual/ Intelectual Quotien (aspek internal), kecerdasan sosial/Social Qoutien (aspek horizontal), serta kecerdasan spiritual/Spiritual Quotien (aspek vertikal).
Hmmmmm... modele kok terlalu serius ngene ya? Hehehehe.... Dan satu lagi, seorang pustakawan harusnya memiliki satu ciri khas, atau istilahnya satu spesifikasi keahlian yang benar-benar mumpuni. Misal keahlian di bidang literasi, menulis, blogging, desain web, dsb. Sebagai contoh, jika ada kata "pustakawan yang ahli literasi informasi", maka pikiran saya langsung menuju ke Mas
Arsidi Ahmad (mantan kepala Perpustakaan SMA Negeri 1 Yogyakarta, sekarang PNS di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta). Beliau adalah salah satu pustakawan yang sangat-sangat-sangat mumpuni di bidang literasi informasi. Kemudian jika ada kalimat "pustakawan yang ahli otomasi perpustakaan" maka pikiran saya langsung akan tertuju ke Mas
Abdul Wahid Aziz (Pustakawan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta) beliau adalah salah satu pustakawan di Jogja yang ahli otomasi perpustakaan. Jika ada kalimat "Pustakawan yang ahli sitasi" maka pikiran saya langsung tertuju kepada
Mas Purwoko, Kepala Perpustakaan FT UGM yang juga sangat ahli di bidang sitasi dengan Mendeley dan Zoteronya itu...
Kemudian jika ada kalimat "Pustakawan yang ahli menulis" maka otomatis pikiran saya akan tertuju kepada nama
Moh. Mursyid (Pustakawan EAN Library) yang mana beliau ini adalah pustakawan yang cukup produktif menulis baik di buku maupun di media masa. Misal ada kalimat "pustakawan yang ahli bidang Taman Baca Masyarakat" maka pikiran saya akan langsung menuju ke Mas
Triyanto (Founder TBM Guyub Rukun), Ada lagi mbak
Luckty Giyan Sukarno (Pustakawan SMAN 2 Metro Lampung) yang beliau adalah seorang pustakawan sangat aktif menulis di blog dan bahkan bisa menjadi finalis lomba pustakawan berprestasi nasional...! Dan masih banyak lagi pustakawan-pustakawan yang memiliki spesifikasi masing-masing. Sehingga pustakawan akan bisa memberikan warna dan masuk ke dalam setiap lini dan mengisi setiap celah kehidupan ini.
Jadi bukan jaman lagi pustakawan harus terpaku dan terkungkung pada kegiatan yang "itu-itu saja". Pustakawan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola perpustakaannya, mengembangkan dirinya, melakukan kemanfaatan untuk masyarakatnya, serta tak lupa untuk melandaskan itu semua atas dasar keridhoan Tuhannya.
Ada yang ingin menambahkan?? ^_^
#SalamPustakawanHebat...!
Baca Juga :
2 Comments
Keren mas. Pustakawan menjadi garda terdepan dalam membudayakan literasi. Jangan sampai pustakawan cuma nungguin buku tapi ga pernah baca buku, hehe...
ReplyDeleteulasan ini benar-benar membuka mata saya lebih jauh tentang pustakaawan. Saya kira hanya berkutat dengan pustaka yang di handlenya. Gambaran ini bukannya tanpa alasan, waktu SMP dan SMA, pada pustakawan di sekolah ya sebatas di pustaka sekolah aja, kayak labelling, ngerapiin, peminjam, nyari buku yang ga dibalikin sama siswanya, dan lain-lain...
ReplyDeleteternyata lebih luas dari itu, sampai berkegiatan diluar pustaka dan berhubungan dengan lembaga/masyarakat serta memiliki keahlian khusus.
Saya cuma mau bilang,"kalian keren beuuut Masss"