Ya, unik dan inovatif sekaligus kreatif. Itulah beberapa hal yang bisa kita simpulkan secara umum tentang konsep perpustakaan ini. Akan tetapi jika kita menelisik lebih jauh lagi, sesungguhnya jauh lebih dari seksedar unik dan inovatif. Kenapa demikian? Ya, karena konsep perpustakaan ini sangat jauh dari pakem perpustakaan pada umumnya. Perpustakaan "Bandung Microlibrary" ini menunjukkan bahwa sebenarnya perpustakaan sangat besar potensinya untuk dikembangkan secara kreatif dan inovatif.
Microlibrary, demikian nama perpustakaan ini. Dibuat dari ribuan ember bekas, yaitu sejumlah sekitar 2000 ember bekas eskrim, nyatanya bisa menciptakan sebuah perpustakaan yang unik dan eksentrik. Bangunan dua lantai yang berada di Taman Bima di Jalan Bima, Kelurahan Arjuna, Kecamatan
Cicendo, Kota Bandung, ini terbilang unik. Disebut unik karena material
bangunan disusun dari 2000 ember es krim yang dipakai ulang (
upcycling). Kontraktor bangunan sengaja mengumpulkan ember-ember es krim bekas dari para pengepul hingga akhirnya terkumpul sebanyak 2000 ember.
Bangunan dengan luas 160 meter persegi ini dibangun dalam jangka waktu 3 bulan dengan total biaya mencapai Rp 520 juta. Konsep arsitekturnya dengan membebaskan area lantai bawah untuk kegiatan warga, sementara ruangan perpustakaan berada di lantai 2. Sebuah tangga sengaja dibuat untuk menghubungkan ke bangunan perpustakan di lantai dua.
Jika dilihat dari luar, sebagian ember-ember es krim yang dipasang terlihat bolong sehingga dapat melihat langsung kegiatan yang dilakukan di dalam perpustakaan. Rupanya hal itu dilakukan untuk membuat sirkulasi udara dan pencahayaan agar terjaga dengan baik.
Tak hanya itu, jika diperhatikan dengan seksama, lubang-lubang ember itu rupanya membentuk sebuah pola tertentu yang dinamakan
binary code, jika diterjemahkan memiliki arti '
buku adalah jendela dunia'.
Perpustakaan unik nan menarik ini dirancang oleh Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann dari SHAU Architecture & Urbanism. Daliana menuturkan, pembangunan perpustakaan ini sebenarnya bisa lebih cepat. Gara-garanya, untuk mengumpulkan 2000 ember es krim bekas bukanlah hal mudah dan membutuhkan waktu lama. Sehingga waktu pembangunan sedikit lebih lama.
Pihaknya sengaja menggunakan material bahan-bahan bekas untuk menunjukkan bahwa barang-barang bekas pun memiliki nilai tambah jika dimanfaatkan secara kreatif.
Daliana mengaku ide untuk pembangunan perpustakaan ini tidak diadopsi dari bangunan manapun. Ia bahkan berani menyebut bangunan dengan konsep tersebut adalah yang pertama di dunia.
"Ini ide sangat unik, pertama di dunia, disusun dari 2000 ember es krim bekas," ucap Daliana.
Adapun fasilitas yang terdapat di Miclib, dia melanjutkan, antara lain koleksi buku pengetahuan umum, buku anak-anak, mainan tradisional, alat peraga PAUD, serta beragam kegiatan seperti
knowledge sharing, story telling, English Club, dan Gemari Membaca.
Setelah membangun Miclib di Taman Bima, bangunan serupa rencananya akan dibangun di Taman Tegalega dan Taman Lansia dengan konsep yang sedikit berbeda.
Sumber:
Merdeka.com
***
0 Comments