Iqra’ (bacalah) denqan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Iqra’ (bacalah), dan
Tuhanmu lah yang Paling Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa sang tidak
diketahuinya. (Q. Al ‘Alaq: 1-5)
Rasulullah SAW sebelum menerima wahyu, Ia belum mengenal baca dan tulis.
Sedangkan Rasul diperintahkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril
untuk memperbaiki ahklak manusia. Namun, Rasulullah mempertanyakan
kepada Jibril, bagaimana mungkin Ia bisa melakukan titah tersebut
sedangkan Ia tidak bisa membaca dan menulis ? Kemudian Jibril
membisikkan kepada Rasulullah “Bacalah”. Di Gua Hira lah wahyu Allah SWT
pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu firman Allah
SWT yang diawali dengan perintah untuk membaca (Iqra’ ; bacalah).
Bacalah agar dirimu mulia merupakan pesan dari langit kepada seluruh
ummat manusia yang telah diciptakan akal dan pikiran. Akal adalah
pembeda manusia dengan binatang. Seumpama binatang diberikan akal, pasti
mereka juga diperintahkan untuk membaca agar tidak tersesat di hutan
belantara. Manusia adalah karya terbesar Tuhan di seluruh alam.
Mahakarya Allah SWT tidak bisa jangkau oleh seorang manusia.
“Andai seluas gunung, langit dan bumi, maka tidak akan pernah habis kau tulis tentang kekuasaan Allah”
begitu perumpaan bagi orang-orang yang menuntut ilmu. Selain manusia
adalah mahkluk yang paling sempurna diciptakan, maka manusia harus
menggunakan akalnya untuk mencapai Ridha Illahi, pencapaian itu takkan
terwujud tanpa ada pembekalan ilmu pengetahuan. Yang menjadi masalah
adalah sudahkah kita tingkatkan budaya membaca?
Biasanya, orang yang malas dan enggan mencari ilmu pengetahuan sering
kali dihadapkan dengan masalah-masalah besar namun belum menemukan
solusinya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemalasan tersebut
mendorong seseorang yang mau hidup apa adanya bukan apa-apanya. Padahal
sudah jelas bahwa
“Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang
yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan
beberapa derajat." (QS Al-Mujadalah ayat 11).
Malas membaca akan menjadikan pikiran seseorang menjadi
“Error”
artinya miskin akan ilmu pengetahuan sehingga melahirkan tindakan yang
tidak diinginkan seperti mencuri, memaki, dan perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh Tuhan.
“dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang berilmu." (QS Al-Ankabut ayat 43).
Selain itu, gejolak malas membaca juga mempengaruhi kesejahtraan ekonomi
rakyat. Pasalnya, mengukur sebuah negara yang maju maka lihatlah
seberapa banyak Universitasnya, untuk melihat kualitas Universitas maka
lihatlah perpustakaannya (juga untuk mengukur kualitas sebuah sekolah,
lihatlah perpustakaannya). Karena perpustakaan adalah sumber ilmu
pengetahuan yang mengajak mahasiswa (dan siswa) untuk mencintai dunia
membaca. Untuk menjauhi
error spanning seperti itu maka kita
perlu meningkatkan kualitas diri sebagai ummat manusia agar lebih
mencintai ilmu pengetahuan yang dilandaskan dengan keyakinan. Sehingga
kualitas diri bisa membentuk ESQ
(Emotional Spiritual Qoution - Kecerdasan Emosi dan Spiritual) secara tepat.
**tulisan ini pernah dimuat di blog
Perpustakaan Daarul Ilmi
0 Comments