Guru Lukas Kolo, seorang pahlawan tanpa tanda jasa di Nusa Tenggara Timur (NTT), telah mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan selama 10 tahun, namun tak pernah mendapatkan gaji yang seharusnya menjadi haknya. Kisahnya yang mengharukan ini terungkap saat informasi tentang kehidupan Lukas menjadi viral di media sosial.
Bekerja sebagai pengajar Bahasa Indonesia di SMP Negeri Wini, Lukas mengawali kisah pilunya setelah menerima Surat Keputusan (SK) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada Agustus 2023. Sayangnya, meskipun telah diangkat menjadi pegawai, dia belum juga menerima gaji hingga saat ini.
Untuk bertahan hidup, Lukas dan keluarganya tinggal di perpustakaan sekolah yang mereka alih fungsikan menjadi tempat tinggal sementara. Ini dilakukan sebagai upaya menghemat biaya transportasi, mengingat rumah Lukas berjarak sekitar 25 kilometer dari SMP Negeri Wini.
Namun, kisah tragis Lukas tidak berhenti di situ. Selain harus berjuang untuk mendapatkan gaji yang seharusnya, Lukas juga harus mengandalkan pekerjaan sampingan sebagai pekerja kebun dan menjual hewan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Saya terima SK tanggal 7 Agustus 2023, sampai hari ini belum terima gaji. Mungkin pemerintah masih urus, karena terlalu banyak peserta," ungkap Lukas dengan nada kesabaran, seperti yang dilansir dari Kompas.com.
Kondisi sulit ini semakin memperlihatkan ketidakpedulian pemerintah terhadap para tenaga pengajar di daerah terpencil. Di SMP Negeri Wini, Lukas bersama rekan-rekannya harus mengatasi keterbatasan fasilitas, seperti tidak adanya proyektor untuk kegiatan pembelajaran.
Tak hanya itu, para guru juga harus membeli buku referensi tambahan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk siswa. Buku referensi ini pun seringkali harus mereka beli sendiri dan kemudian di fotokopi.
Lukas Kolo mengajak pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib para guru, terutama di daerah terpencil yang seringkali menjadi lupa. Ia berharap agar pemerintah membuka mata dan menyadari peran penting guru dalam mencerdaskan bangsa.
"Kebutuhan sangat menuntut, tapi pemerintah kurang memperhatikan, itu kendala kami di situ. Jadi, kami mohon supaya, untuk ke depan, perhatikan guru," pintanya.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh rekan Lukas, Frederikus, yang berharap agar pemerintah lebih memprioritaskan tenaga pendidik. Dia menegaskan bahwa pendidikan adalah investasi masa depan bangsa, dan perhatian pemerintah sangat diperlukan untuk mendukung kualitas pendidikan di daerah terpencil.
Kisah Lukas Kolo mencerminkan realitas pahit yang dihadapi oleh banyak guru di pelosok negeri, yang meski gigih mengajarkan ilmu, namun terkadang terabaikan oleh sistem yang seharusnya melindungi dan memberikan penghargaan. Perjuangan Lukas seharusnya menjadi cermin bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap nasib para pendidik di tanah air.
Sumber gambar dan berita: Tribun News
0 Comments