[Opini Pustakawan] Perjenjangan Buku Nonteks Pelajaran : Mempermudah Memilih Buku Sesuai Tingkat Kemampuan Membaca Si Pembaca


Beberapa waktu yang lalu Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) berhasil menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Buku Panduan Perjengangan Nonteks Pelajaran Bagi Pengguna Perbukuan”. Buku ini diterbitkan dalam rangka mendorong pelaksanaan perjenjangan buku yang selama ini hanya dilakukan untuk buku ajar saja, belum menyentuh buku non pelajaran. Sehingga perlu adanya suatu panduan perjenjangan juga untuk buku pengayaan/buku nonteks pelajaran yang rinci dan jelas. Hal ini dimaksudkan agar dapat mendukung pemerolehan keterampilan membaca yang memadai sesuai dengan tingkat kemampuan membaca si pembaca, dalam arti tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit bagi pembaca tertentu.

Kenapa demikian? Kita semua mafhum bahwa membaca merupakan modal dasar seseorang untuk mengetahui dan memahami beragam informasi, yang perlu diajarkan, dibina, dikembangkan, dan dibiasakan sejak pra-sekolah dalam konteks keluarga dan berlanjut pada jenjang pendidikan, sampai dewasa. Untuk mendukung dan mencapai tujuan tersebut,  diperlukan bahan bacaan yang memadai dalam hal genre, tema, dan tingkat kesulitan bacaan agar pembinaan keterampilan membaca dapat terfasilitasi secara tepat dan mencapai hasil yang maksimal.

Panduan perjenjangan buku ini disusun sebagai acuan bagi dua pihak, yaitu bagi pelaku perbukuan (penulis, penerbit, editor, ilustrator, desainer, penilai, penelaah), dan bagi pengguna buku (orang tua, guru, pustakawan, pengelola taman bacaan, pengelola toko buku, anak/peserta didik). Untuk mempermudah memilih buku sesuai tingkat kemampuan membaca si pembaca dalam panduan perjenjangan ini diwujudkan dalam warna dan huruf, yaitu : merah (A), jingga (B), kuning (C), hijau (D), biru (E), nila (F), dan ungu (G) yang merepresentasikan jenjang : pra-membaca, dini, awal, lancar, lanjut, mahir, dan kritis. Pembaca mahir dapat dikategorikan sebagai pembaca mandiri. Namun, menjadi pembaca kritis diharapkan dapat dicapai karena pada tahap ini, pembaca dapat memilih dan memilah informasi berdasarkan analisis cenderung tepat didasarkan pada penggunaan logika yang terbentuk dari beragam pengalaman membaca berbagai topik.

Dengan adanya panduan perjenjangan buku ini diharapkan dapat mendukung implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada khususnya, dan pembinaan keterampilan membaca masyarakat Indonesia pada umumnya. Sehingga nantinya diharapkan pembaca dapat menikmati kegiatan membacanya dan tertantang untuk menjadi pembaca mandiri.

Untuk file buku Panduan Perjenjangan Buku Nonteks Pelajaran bagi Pengguna Perbukuan (PDF) dapat diunduh pada tautan berikut ini : http://repositori.kemdikbud.go.id/10404/.

Teguh Prasetyo Utomo
Pustakawan SMAIT Abu Bakar Boarding School Kulon Progo


Salam Literasi...!!!

Post a Comment

0 Comments