RA Kartini - Ketokohan dan Pemikirannya Itu Buah dari MEMBACA.


Tentu saja kita semua mahfum bahwa beliau adalah tokoh yang luar biasa, begitu masyhur, begitu mulia dan dimuliakan karena pemikiran dan kebesaran jiwanya. Pemikiran besar yang bergerak melintasi jaman, bahkan jauh melampaui usianya sendiri. Tentu saja ini semua bukan tercipta secara instan. Latar belakang keluarga, masyarakat, bahkan perjalanan hidup menjadikannya seseorang yang berpikir jauh ke depan. Berpikir maju dengan gagasan dan ide-ide besar yang ahirnya mampu mengubah mendobrak tradisi di masyarakatnya kala itu dan turut andil dalam kemajuan bangsa dan negara Indonesia hingga saat ini.

Ya, beliau adalah Raden Ajeng (RA) Kartini. Salah seorang putri priyayi (bangsawan) Jawa yang lahir 21 April 1879, tepat 137 tahun yang lalu. Seorang perempuan Jawa yang terkenal dengan kelemah-lembutannya, andap-asornya, serta keluhuran budi pekertinya. Namun dengan semangat dan tekat membaja, dia mampu mengangkat derajat kaum wanita untuk mendapatkan hak pendidikan yang setara dengan kaum pria. Yang mana pada saat itu perempuan dalam banyak hal terutama dalam hal pendidikan masih termaginalkan. Hanya kaum laki-laki sajalah yang bisa dan boleh mengenyam pendidikan hingga pendidikan tinggi.

Usianya tidak panjang. Ya, RA Kartini meninggalkan dunia ini di usia yang masih terbilang belia. Hanya 25 tahun dia merasakan kehidupan di dunia ini. Namun ternyata di usianya yang singkat itu dia mampu meninggalkan sebuah pemikiran besar dan perubahan yang luar biasa di dalam tatanan masyarakat Jawa dan bangsa Indonesia ini.

Kegelisahannya akan tradisi dan budaya Jawa yang dianggap menghambat kemajuan perempuan.  Terutama perempuan pribumi, atau rakyat jelata. Beragam kondisi sosial masyarakat Jawa saat itu membuatnya gelisah. Kegelisahan-kegelisahan itu dia tuangkan dalam surat-suratnya kepada teman-temannya di Belanda, kepada kakaknya Sosrokartono yang juga adalah seorang ahli bahasa, juga kepada suaminya KRM Adipati Ario Singgih Adhiningrat yang saat itu adalah Bupati Rembang.

RA Kartini ingin semua perempuan diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk menuntut ilmu dan belajar. Beragam ide, gagasan, dan pemikiran besarnya itu berdasarkan atas ke-Tuhan-an, kebijaksanaan, keindahan, serta perikemanusiaan dan rasa cinta tanah air. Kartini mengungkapkan keinginannya agar perempuan di Jawa (masa itu) bisa mendapatkan hak berpendidikan dan belajar seperti perempuan-perempuan di Eropa. Kartini melalui surat-suratnya menyampaikan penderitaan perempuan Jawa masa itu yang terkungkung oleh adat, tidak bisa dengan bebas dan leluasa duduk di bangku sekolah.

Darimana RA Kartini bisa memiliki pemikiran sejauh itu melampaui perempuan-perempuan di masanya? Bahkan bisa jadi pemikiran-pemikiran itu melampaui siapapun di masyarakat Jawa pada masa itu? Ya, dari MEMBACA. Meskipun hanya bisa mengenyam pendidikan di Europese Lageren School (ELS) hingga usia 12 tahun karena harus dipingit (sebagaimana tradisi masyarakat Jawa masa itu), RA Kartini tetap belajar secara mandiri. Beliau rajin membaca beragam majalah, koran, hingga makalah-makalah terbitan Eropa. Buku-buku yang dibaca RA Kartini pun termasuk buku-buku berat untuk usianya saat itu. Lihat saja, semisal majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie, Max Havelaar dan Surat Cinta karya Multatuli tahun 1901. Juga beragam buku roman pun menjadi bacaannya sehari-hari seperti karya Nyonya Goekoop de-Jog Van Beek, buku roman anti perang karya Berta Von Suttner yang berjudul Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata).

Kini, buah pemikiran RA Kartini telah bisa kita rasakan bersama. Perempuan di Indonesi sudah bisa mendapatkan jaminan pendidikan dan pengajaran yang setara dengan yang didapatkan laki-laki. Perempuan Indonesia kini tak lagi terkungkung dan terbelenggu tradisi. Maka, sudah barang tentu, kita (terutama para perempuan di negeri ini) menyampaikan penghargaan dan terimakasih kita kepada beliau RA Kartini. Dengan cara mengikuti jejak pemikirannya, semangat kemajuannya, serta bagaimana seorang wanita mampu memberikan perubahan yang positif kepada masyarakat, bangasa dan negaranya.

Selamat Hari Kartini 2016

**Bonus : Video lagu Ibu Kita Kartini

Post a Comment

0 Comments