Literasi Informasi: Lebih Bijak Mensikapi Insiden Sarinah



Inna lillahi wa inna ilaihi raji”un..

Terkait dengan insiden "pemboman" di Sarinah, Jakarta Pusat.. Saya turut prihatin dan sangat sedih juga ada sedikit "kekhawatiran". Kekhawatiran serta keprihatinan akan semakin banyaknya permasalahan yang menimpa negeri ini. Beberapa saat yang lalu kita disuguhi drama papa minta saham, isu reshufle kabinet, pertentangan dan perpecahan parpol, kemudian dilanjutkan dengan kasus orang hilang yang (katanya) didalangi oleh Gafatar (yang juga baru kali ini saya tahu namanya), dan yang paling mengejutkan adalah meledaknya bom di enam tempat di jantung Ibu Kota negara kita ini dalam kurun waktu sekira 30 menit secara beruntun.

Secara pribadi saya bertanya-tanya.. "Ada apa dengan negeri ini? begitu lemahnya kah negera kita? Begitu lemahnya kan intelejen dan aparat keamanan negara kita? Apakah ini akibat dari carut-marutnya kondisi politik di negara kita? Ataukah ini karena lemahnya para pemimpin negeri kita ini?......" dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala saya.

Akan tetapi kita sebagai Pustakawan, kita tidak boleh lantas mengeluarkan statemen-statemen yang tanpa dasar yang jelas, apalagi hanya sekedar (maaf) membebek dari sumber-sumber yang kurang validitasnya. Yang pada ahirnya, statemen atau pernyataan yang kita buat itu malah akan semakin memperkeruh suasana dan meciptakan kegelisahan di masyarakat. Sebagai seorang yang bergelut dan mengelola segala sesuatu di bidang ilmu pengetahuan dan informasi, sepautnya kita bisa lebih cerdas dalam menerima, menganalisa, dan kemudian menyimpulkan sebuah informasi yang datang kepada kita. Tidak hanya sekedar mengikut apa yang dikatakan media tanpa kita melakukan crosschek akan kebenaran informasi tersebut.

Apalagi terkait isu-isu sensitif seperti ini. Banyak media yang mengaitkan peristiwa meledaknya bom di Sarinah ini dengan kelompok-kelompok islam radikal, ISIS, dan entah apa lagi. Kita sebagai seorang pustakawan harus lebih berhati-hati dalam membuat sebuah simpulan dari suatu permasalahan. Kita harus mempu menggali informasi, mencari fakta, serta menemukan berbagai pendapat dan ulasan secara lengkap dan komperhensif, dari berbagai sudut pandang. Barulah kemudian kita bisa menarik kesimpulan, itupun harus dilakukan dengan (sekali lagi) sangat hati-hati. Prinsip IDENTIFY + FIND + EVALUATE + APPLY + ACKNOWLEDGE harus senantiasa kita junjung tinggi. Proses ini harus kita mulai dari identifikasi permasalahan yang tengah kita temuai, kemudian cari dan temukan berbagai sumber secara komperhensif. Setalah itu, lakukan kajian dan evaluasi terhadap sumber informasi yang kita dapatkan, terutama sekali dari segi validitas serta aviliasi sumber informasi yang kita dapatkan itu. Sebisa mungkin, kita harus mendapatkan sumber informasi dari sember yang benar-benar valid, kredibel, dan independen. baru setelah itu kita bisa terapkan hasil dari informasi yang kita dapatkan untuk sebuah permasalahan yang kita kaji sesuai dengan porsi dan proporsinya. dan terahir, barulah kemudian kita bisa memberikan sebuah pengakuan yang berupa simpulan, tapi ingat, inipun masih harus kita lakukan dengan teliti dan hati-hati. Inilah sebenarnya apa yang kita sebut sebagai keterapilan LITERASI INFORMASI. Yang pada ahirnya tidak hanya untuk diri kita sendiri, akan tetapi dari kemampuan literasi informasi yang kita miliki ini, kita sebagai seorang pustakawan yang sejatinya adalah sebenar-benarnya agen perubahan bagi bangsa ini, haruslah mampu memberikan pencerahan dan pencerdasan bangsa ini melalui informasi dan ilmu pengetahuan yang kita kelola.

Ahirnya, marilah kita doakan semoga para korban meninggal diberikan kemuliaan di sisi-Nya, keluarga yang ditinggalkannya diberikan keiklasan dan kesabaran. Semoga pemerintah segera bisa mengatasi masalah ini dengan sebaik-baiknya. Dan mari, kita seluruh bangsa dan warga negara Indonesia mendoakan yang terbaik untuk negeri kita tercinta ini. Silahkan berdoa menurut agama dan kepercayaan teman-teman.
Saya sebagai penganut agama islam, ijinkanlah saya mengutip doa Syekh Al-Qaradhawi yang saya ambil dari postingan Syekh Yusuf Al-Amien terkait insiden ini:

اللهم احفظ تركيا و إندونيسيا المسلمتان من شر الأشرار، وكيد الفجار، ورد سهام المتآمرين عليهما إلى نحورهم، واشغلهم بأنفسهم، وقنا شرهم بما شئت وكيف شئت

"Ya Allah, jagalah Turki dan Indonesia, yang keduanya adalah Negeri Muslim, dari kejahatan dan tipu daya orang-orang jahat. Kembalikan makar orang-orang menginginkan keburukan bagi keduanya kepada mereka sendiri. Sibukkan mereka (orang-orang jahat itu) dengan perselisihan di antara mereka sendiri. Dan selamatkanlah kami dari kejahatan mereka dengan apa yang Engkau kehendaki dan dengan cara yang Engkau kehendaki."


Aamiin... Aamiin.. Aamiin.. Ya Robbi Robbal 'Alamiin.

Artikel ini juga dimuat di KOMPASIANA dengan alamat:
http://www.kompasiana.com/pustakawanjogja/literasi-informasi-bijak-mensikapi-insiden-sarinah_569844aaf47e6113048b4574

Post a Comment

0 Comments